Rabu, 30 Januari 2013

evaluasi pembelajaran : kemampuan bahasa

Kemampuan Berbahasa Anak

DNKindergarten, 24/11
Bahasa adalah alat komunikasi manusia di muka bumi ini. Jadi, betapa penting kemampuan bahasa ini, tak terkecuali bagi anak. Itulah mengapa, kemampuan bahasa harus sudah diajarkan padanya sejak dini, khususnya bahasa ibu.
Masa perkembangan berbahasa yang paling intensif pada manusia terletak pada masa usia dini, tepatnya pada tiga tahun dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang dalam proses mencapai kematangan (Siti Aisyah et el, 2007: 6). Masa usia dini merupakan  masa keemasan (golden age) di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori (Sujiono, 2009: 54) menyatakan bahwa masa tersebut merupakan periode sensitif (sensitive period), di mana anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya.
Berdasarkan fakta sebagaimana dikemukakan oleh para ahli di atas maka harus ada lingkungan yang kondusif, yang mengupayakan pengembangan berbahasa anak, termasuk anak usia pra sekolah secara intensif.  Pengembangan kemampuan berbahasa anak (Direktorat Pembinaan TK dan SD, 2007: 3) dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Agar anak dapat mengolah kata secara komprehensif.
2. Agar anak dapat mengekspresikan kata-kata dalam bahasa tubuh yang dapat dipahami oleh orang lain.
3. Agar anak mengerti setiap kata yang didengar dan diucapkan, mengartikan dan menyampaikan secara utuh kepada orang lain.
4. Agar anak dapat berargumentasi, meyakinkan orang melalui kata-kata yang diucapkannya.
Dan di dalam kurikulum TK, kemampuan berbahasa untuk anak usia TK diuraikan dalam indikator/ kegiatan pembelajaran di bawah ini :
=> Menyebutkan berbagai bunyi / suara tertentu
=> Menirukan kembali 2-3 urutan angka dan urutan kata (latihan pendengaran)
=> Menyebutkan huruf awal dari kata yang berarti
=>Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita yang diceritakan guru
=> Melaksanakan 2-3 perintah sekaligus
=> Menunjuk, menyebutkan dan memperagakan gerakan-gerakan sederhana, misal : duduk, jongkok, berlari, makan, menangis dan sebagainya
=> Bertanya dan menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana dan siapa secara lisan
=> Menyebutkan identitas diri
=> Menjawab tentang cerita pendek (3-4) yang sudah diceritakan guru
=> Membuat kalimat sederhana
=> Melengkapi kalimat
=> Menyempurnakan kalimat
=>Menyanyikan beberapa lagu anak-anak
=> =>Mengucapkan beberapa sajak sederhana
=> Menunjuk dan menyebutkan keterangan yang berhubungan posisi, keterangan tempat
=> Bercerita tentang kejadian disekitarnya secara sederhana
=> Memberi keterangan/informasi tentang suatu hal
=> Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (2-3) gambar
=> Menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda
=> Menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan suatu benda
=> Menyebutkan waktu ( pagi, siang, malam )
=> Bercerita menggunakan kata ganti aku, saya  dll
=> Menceritakan gambar yang telah dibuat sendiri
=> Menceritakan gambar yang telah disediakan
=> Mengenal huruf
=> Menulis huruf
=> Membuat gambar dan coretan, tulisan tentang cerita gambar yang dibuatnya
=> Mengekspresikan diri melalui dramatisasi(sita, ababiel 28@yahoo.com)

evaluasi pembelajaran



Fungsi dan tujuan Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah kurikulum. Walaupun dalam tatanan kurikulum evaluasi berada di urutan terakhir, evaluasi berperan penting untuk menentukan sukses atau tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan selama ini sekaligus mempengaruhi proses pembelajaran selanjutnya. Kata evaluasi berasal dari bahasa inggris “evaluation” yang beraarti proses penilaian. Jika direfleksikan dengan fungsinya di dalam proses pembelajaran maka bisa diambil pengertian evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran.
Kita sendiri telah sebenarnya telah banyak sekali mengalami manfaat evaluasi pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan di sekolah dasar, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi membuat kita dianggap layak untuk berada pada level sekarang. Hal ini dikarenakan hasil dari evaluasi yang kita lakukan telah memenuhi batas minimum dari tujuan yang telah disusun di awal. Adapun yang masih belum memenuhi batas minimum opsi remedial bisa dilakukan, dan ini merupakan salah satu tujuan evaluasi pembelajaran.
Kita kembali lagi ke definisi evaluasi pembelajaran. Dari definisi yang ada di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa ada beberapa poin penting yang dapat diambil dari rumusan definisi tersebut. Berikut ini sedkit penjabaran tentang poin-poin yang harus ada di dalam suatu evaluasi.
  1. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan, hal ini berarti evaluasi adalah proses yang berlangsung terus menerus baik sebelum melakukan proses belajar mengajar atau sesudah proses belajar mengajar bahkan evaluasi juga harus dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung.
  2. Pengumpulan dan penafsiran informasi, hal ini berarti evaluasi harus memiliki tujuan tertentu untuk apa sebuah evaluasi dilakukan.
  3. Untuk menilai keputusan-keputusan, hal ini berarti harus ada standar pengukuran tertentu untuk menyatakan apakah evaluasi proses pembelajaran telah sesuai atau belum sehingga dapat memberikan keputusan yang sesuai dengan data dan informasi yang dikumpulkan.
Secara umum ada 2 evaluasi yang harus dilakukan dalam mengevaluasi pembelajaran. Yang pertama adalah evaluasi yang dilakukan siswa yakni berupa proses dan hasil (masih ingat kan komponen kurikulum). Dan yang kedua adalah evaluasi yang harus dilakukan oleh guru yakni berupa evaluasi diri sendiri. menjadi salah satu tanggung jawab dari seorang guru tentunya untuk terus mengevaluasi dirinya sendiri dalam melakukan proses mengajar.

Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Ada beberapa tujuan mengapa dilakukan evaluasi pembelajaran. Berikut ini beberapa penjelasan singkat tentang tujuan-tujuan evaluasi pembelajaran.
1.      Menentukan hasil belajar siswa berupa angka yang selanjutnya kan menjadi laporan kepada orang tua siswa dan menjadikan acuan penentu apakah siswa naik kelas/tidak naik kelas atau lulus/tidak lulus.
2.      Memberikan fasilitas pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan minat yang dimiliki oleh siswa.
3.      Mengenal latar belakang siswa yang dapat berguna untuk menyelesaikan permaslahan-permasalahan yang dimiliki siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar seperti sebab-sebab kesulitan belajar yang pada akhirnya dapat menjadi input atau masukan bagi tugas BP, bimbingan dan penyuluhan.
4.      Sebagai feedback bagi guru untuk perlu atau tidaknya melakukan remedial.

Manfaat Evaluasi Pembelajaran

Ada tujuan juga pasti ada manfaat, berikut ini manfaat dari dilakukannya evaluasi pembelajaran.
1.      Kurikuler, sebagai pengukur apakah tujuan mata pelajaran telah tercapai atau belum.
2.      Instruksional, sebagai alat ukur apakah proses belajar mengajar telah berjalan sesuai rencana.
3.      Placement, melakukan penempatan yang sesuai kepada siswa tentang pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
4.      Diagnostik, sebagai alat diagnostik untuk mengetahui kelemahan siswa dan memberikan solusi penyembuhan atau penyelesaian kepada siswa-siswa yang mengalami kesulitan.
5.      Administratif BP, sebagai input bagi bagian BP untuk membantu mengarahkan siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar.








Evaluasi pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa yang dilakukan secara berkala berbentuk ujian, prak-tikum, tugas, dan atau pengamatan oleh dosen. Bentuk ujian meliputi ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan ujian tugas akhir. Pembobotan masing-masing unsur penilaian ditetapkan dengan kesepakatan antara dosen pembina matakuliah dan mahasiswa berdasarkan silabus matakuliah yang diatur dalam pedoman akademik masing-masing fakultas/program studi setara fakultas dan program pascasarjana. A. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing. Ralph W. Tyler, yang dikutif oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa evaluation as the process of determining to what extent the educational objectives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa evaluation is the process of delinating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatif. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation is an observed value compared to some standard. Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data. Sementara itu Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang membedakan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Arikunto menyatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan â€Å“Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behaviorâ€s Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses
  • menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) â€Å“The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established rulesâ€r B. Tujuan Evaluasi Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu bahwa evaluasi dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, evaluasi dilaksanakan dengan tujuan: 1. Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa. 2. mengetahui tingkat keberhasilan PBM 3. menentukan tindak lanjut hasil penilaian 4. memberikan pertanggung jawaban (accountability) C. Fungsi Evaluasi Sejalan dengan tujuan evaluasi di atas, evaluasi yang dilakukan juga memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah fungsi: 1. Selektif 2. Diagnostik 3. Penempatan 4. Pengukur keberhasilan Selain keempat fungsi di atas Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan masih ada fungsi-fungsi lain dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi: 1. Remedial 2. Umpan balik 3. Memotivasi dan membimbing anak 4. Perbaikan kurikulum dan program pendidikan 5. Pengembangan ilmu D. Manfaat Evaluasi
  • Secara umum manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi dalam pembelajaran, yaitu : 1. Memahami sesuatu : mahasiswa (entry behavior, motivasi, dll), sarana dan prasarana, dan kondisi dosen 2. Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan â€Å“masalahâ€a , dll 3. Meningkatkan kualitas PBM : komponen-komponen PBM Sementara secara lebih khusus evaluasi akan memberi manfaat bagi pihak- pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti siswa, guru, dan kepala sekolah. Bagi Siswa Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran : Memuaskan atau tidak memuaskan Bagi Guru 1. mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai tujuan : melanjutkan, remedial atau pengayaan 2. ketepatan materi yang diberikan : jenis, lingkup, tingkat kesulitan, dll. 3. ketepatan metode yang digunakan Bagi Sekolah 1. hasil belajar cermin kualitas sekolah 2. membuat program sekolah 3. pemenuhan standar E. Macam-macam Evaluasi 1. Formatif Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its
  • developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student progress over period of time. Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu pada tingkat kematangan siswa. Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar yang diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/ dikuasai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas. 2. Sumatif Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi. 3. Diagnostik Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan- kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
  • Perbandingan Tes Diagnostik, Tes Formatif, dan Tes Sumatif Ditinjau Tes Diagnostik Tes Formatif Tes Sumatif dari Fungsinya mengelompokkan Umpan balik bagi Memberi tanda telah siswa berdasarkan siswa, guru mengikuti suatu kemampuannya maupun program program, dan untuk menilai menentukan posisi menentukan kesulitan pelaksanaan suatu kemampuan siswa belajar yang dialami unit program dibandingkan dengan anggota kelompoknya cara memilih tiap-tiap Mengukur semua Mengukur tujuan memilih keterampilan prasarat tujuan instruksional instruksional umum tujuan khusus yang memilih tujuan setiap dievaluasi program pembelajaran secara berimbang memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental dan perasaan Skoring menggunakan standar menggunakan menggunakan (cara mutlak dan relatif standar mutlak standar relatif menyekor) F. Prinsip Evaluasi Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya: 1. Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, patokan : Kurikulum/silabi. Ãdan interpretasi hasil penilaian.  2. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar. 3. Agar hasil penilaian obyektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. 4. Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut. Prinsip lain yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto adalah:
  • 1. Penilaian hendaknya didasarkan pada hasil pengukuran yang komprehensif. 2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan penilaian (grading) 3. Hendaknya disadari betul tujuan penggunaan pendekatan penilaian (PAP dan PAN) 4. Penilaian hendaknya merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar. 5. Penilaian harus bersifat komparabel. 6. Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan guru. G. Pendekatan Evaluasi Ada dua jenis pendekatan penilaian yang dapat digunakan untuk menafsirkan sekor menjadi nilai. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan, proses, standar dan juga akan menghasilkan nilai yang berbeda. Karena itulah pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunakan menjadi penting. Kedua pendekatan itu adalah Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP). Sejalan dengan uraian di atas, Glaser (1963) yang dikutip oleh W. James Popham menyatakan bahwa terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan substansial, yaitu pengukuran acuan norma (NRM) yang berusaha menetapkan status relatif, dan pengukuran acuan kriteria (CRM) yang berusaha menetapkan status absolut. Sejalan dengan pendapat Glaser, Wiersma menyatakan norm-referenced interpretation is a relative interpretation based on an individual’s position with respect to some group. Glaser menggunakan konsep pengukuran acuan norma (Norm Reference Measurement / NRM) untuk menggambarkan tes prestasi siswa dengan menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relatif siswa. Sedangkan untuk mengukur tes yang mengidentifikasi ketuntasan / ketidaktuntasan absolut siswa atas perilaku spesifik, menggunakan konsep pengukuran acuan kriteria (Criterion Reference Measurement). 1. Penilaian Acuan Patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT) Tujuan penggunaan tes acuan patokan berfokus pada kelompok perilaku siswa yang khusus. Joesmani menyebutnya dengan didasarkan pada kriteria atau standard khusus. Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang performan peserta tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebut dibandingkan dengan performan yang lain. Dengan kata lain tes acuan kriteria digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status individual berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan baik. Pada pendekatan acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah standar absolut. Semiawan menyebutnya sebagai standar mutu yang mutlak. Criterion-referenced interpretation is an absolut rather than relative interpetation,
  • referenced to a defined body of learner behaviors. Dalam standar ini penentuan tingkatan (grade) didasarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh performan (sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah akan sangat mungkin para siswa mendapatkan nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapat nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur tingkat pencapaiannya. Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan PAP, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas- batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut: Rentang Skor Nilai 80% s.d. 100% A 70% s.d. 79% B 60% s.d. 69% C 45% s.d. 59% D < 44% E / Tidak lulus 2. Penilaian Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT) Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes d

evaluasi pembelajaran : penggunaan hasil penilaian bahasa indonesia



PENILAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR
A.      Penilaian Proses dan Penilaian Hasil dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar
Penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia sama dengan penilaian mata pelajaran lain, meliputi 3 ruang lingkup, yaitu:
  1. Penilaian program pengajaran ( penilaian terhadap tujuan, isi program, dan strategi pengajaran );
  2. Penilaian proses pengajaran ( kesesuaian antara rencana dan PBM ); kesiapan guru dalam melaksanakan PBM; kesiapan siswa mengikuti PBM; minat dan perhatian siswa; keaktifan dan partisipasi siswa; peranan BP terhadap siswa yang memerlukan; interaksi komonikasi yang terjadi dikelas; pemberian penguatan; pemberian tugas);
  3. Penilaian hasil pengajaran penguasaan siswa terhadap tujuan yang direncanakan.
Melalui pembacaan, pengkajian secara individu atau kelompok ( dengan memanfaatkan CAI dan atau VCD ) dan pemahaman materi subunit ini, diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai penilaian proses dan  penilaian hasil pembelajaran bahasa Indonesia SD serta dapat mengaplikasikannya dalam melaksanakan tugas sebagai guru.
Penilaian Proses dan Penilaian Hasil Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
Salah satu ciri KBK adalah adanya system penilaian acaun kriteria dan standar pencapaian yang diterapkan secara konsisten. Untuk itu, dalam menerapkan standar kompetensi guru harus mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi yang diwujudkan dalam penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan mengindentifikasikan pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang jelas standarnya dan disertai peta kemampuan belajar secara terpadu dengan PBM. Penialain dilakukan melalui Portofolio, produk, proyek, kinerja, atau tes. Dalam Depdiknas  ( 2005 ) bahwa penilaian otentik memiliki beberapa syarat, yaitu:
1.      Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran.
2.      Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata.
3.      Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4.      Penialain harus bersifat holistik, mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran.
Menurut Suparman ( 2001 ), penilaian kelas yang tersusun secara terencana dan sistematis oleh guru memiliki beberapa fungsi, yaitu motivasi, fungsi belajar tuntas, fungsi efektifitas, dan fungsi umpan balik.
Tujun penilaian menurut Sudjiono ( 2005 ), adalah:
  1. Untuk memberikan informasi kemajuan hasil belajar siswa secara individu dalam mencapai tujuan sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukan.
  2.  Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar mengajar lebih lanjut; informasi yang dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa.
  3. Memberikan motivasi belajar siswa, mengimformasikan kemauannya agar teransang untuk melakukan usaha perbaikan.
  4. Memberi informasi tentang semua aspek kemajuan siswa.
  5.  Member bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya.
Untuk dapat melaksanakan penilaian pembelajaran bahasa Indonesia dengan baik, perlu juga diketahui prinsipnya. Secara umum penilaian harus:
1.      Menyeluruh, artinya penilaian menyangkut seluruh aspek yang dimiliki siswa, yaitu pengetahuan, sikap, serta keterampilan berbahasa Indonesia sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia.
2.      Berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus, berencana artinya sejak menyusun rencana penyajian sudah dipikirkan cara dan jemisnya. Bertahap artinya penilaian dilaksanakan sesuai dengan tahapan penyajian materi pembelajaran sebagaimana disusun dalam unit-unit program. Terus-menerus artinya penilaian dilaksanakan setiap penyajian unit pelajaran ( di awal, dalam proses, dan di akhir ) tes formatif/blok, tes sumatif/semester, sampai pada akhir jenjang pendidikan.
3.      Bermakna, artinya hasil penilaian itu harus bermakna, baik ditinjau dari segi guru, siswa maupun program pengajaran.
4.      Berorientasi pada tujuan, artinya evaluasi disusun dan disesuaikan dengan tujuan pengajaran bahasa Indonesia yakni standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator, serta isi, ruang lingkup sajian materi yang diberikan dalam kegiatan belajar-mengajar.
5.      Objektif, artinya penialian harus menghindarkan diri dari unsur-unsur yang bersifat subjektif sehingga hasil evaluasi dapat menggambarkan aspek-aspek yang sebenarnya diukur.
6.      Terbuka, artinya hasil penilaian dapat diketahui oleh semua pihak, siswa, orang tua, dan masyarakat boleh mengetahui hasil evaluasi.
7.      Kesesuaian, artinya evaluasi harus sesuai dengan pendekatan kegiatan belajar bahasa Indonesia, yaitu pendekatan komunikatif, integratif, tematik, CBSA, dan pendekatan keterampilan proses.
8.      Bersifat mendidik, artinya hasil penilaian dapat digunakan untuk membimbing dan memberi dorongan kepada siswa untuk lebih meningkatkan prestasi belajar.
Dalam penilaian pembelajaran bahasa Indonesia, penilaian yang dilakukan harus meliputi penilaian hasil belajar bahasa Indonesia dan penilaian proses belajar bahasa Indonesia. Penilaian hasil belajar bahasa Indonesia dapat diperoleh dengan menggunakan evaluasi berupa tes dan nontes. Alat tes berupa soal-soal dan alat nontes berupa tugas-tugas yang diberikan. Evaluasi proses belajar bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan observasi, kuesioner, dan sebagainya. Dinyatakan oleh Munandir ( 1997 ) untuk mengetahui apakah tujuan atau kompetensi yang dikehendaki sudah dikuasai siswa atau belum, dan seberapa besar tingkat penguasaan tersebut, diperlukan pengukuran dan penilaian. Pada praktiknya ada beberapa istilah yang digunakan untuk pengukuran  dan penilaian, yaitu: pengukuran, tes, penilaian/evaluasi, dan pengambilan keputusan. Pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi secara kuantitatif, salah satu alat ukurnya berupa tes hasil pengukurannya disebut skor. Penilaian/evaluasi adalah kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program telah berhasil atau belum, mengartikan skor yang diperoleh melalui pengukuran dengan cara membandingkan skor yang diperoleh siswa, mengkaji hasil perbandingan itu, lalu menyimpulkan: memuaskan atau tidak, baik atau tidak, lulus atau tidak, dan seterusnya.
Contoh penilaian proses pembelajaran bahasa Indonesia
Mata pelajaran : bahasa Indonesia
Kelas/semester            : II/I SD
Standar kompetensi    : membaca (pemulaan)
Kompetensi dasar        : mampu membaca huruf dan kata
Indicator                      : dapat membaca dengan lafal yang tepat
Tema                            : pengalaman
Subtema                       : pengalaman siswa ke took buku
Waktu                         : 2x35 menit
Keterampilan yang dilatihkan:
·         Melatih pelafalan huruf dan kata
·         Melatihkan membaca dengan intonasi yang benar
·         Pemahaman isi bacaan
Kegiatan pembelajaran
·         Dua atau tiga anak bergiliran diminta membaca teks yang sudah disediakan guru yang berjudul, contoh “Pergi ke Toko Buku” dengan bersuara.
·         Siswa mengamati pembacaan temannya dan memberikan tanggapan. Jika ada anak yang mengatakan belum benar, guru meminta siswa lain mencoba memperbaiki cara membaca. Selanjutnya, secara bersama-sama membaca seperti contoh, terutama cara pelafalan.
Penialian dilakukan selama kegiatan pembelajaran itu menggunakan lembar pengamatan membaca seperti berikut:
Lembar pengamatan membaca bersuara

NO
NAMA SISWA
LAFAL
INTONASI
KENYARINGAN
KRITERIA
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D














   A : baik sekali














    B : baik














    C : cukup














    D : kurang

Contoh penilaian hasil pembelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran                                 : Bahasa dan sastra Indonesia
Tema                           : Aneka kegemaran
Unit                             : 1
Kelas/semester            : 1/1
Pertemuan                   : 1
Alokasi waktu             : 2x35 menit
Kompetensi dasar       : membaca cepat
Indikator                     : - dapat menentukan gagasan pokok secara cepat
                                       -dapat menceritakan kembali isi teks secara lengkap
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan scenario/kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan, guru melakukan penilaian, misalnya dengan cara berikut:
Penilaian hasil:
1.      Sebutkan gagasan pokok teks bacaan tersebut!
2.      Ceritakan kembali isi teks bacaan dengan kalimat sendiri
1.      Format penilaian untuk menemukan gagasan pokok secara cepat
Nama
Kecepatan
Ketepatan (10-100)
1.      Tina


2.      Toni


3.      Tini



1.      Format penilaian untuk menceritakan isi teks secara lengkap
Aspek
Descriptor
Skor (10-100)
Kelengkapan isi
Semua informasi penting terwadahi dalam paragraph yang dikembangkan

Keaslian pengungkapan
Paparan tidak mencotoh teks asli


Dinyatakan dalam Depdiknas ( 2003 ) bahwa perekaman kompetensi pada saat berlangsungnya PP dapat dipandang sebagai pengukuran proses, sedangkan apabila hal itu dilakukan sesudah berakhirnya PP dipandang sebagai pengukuran produk/hasil. Ada sejumlah alat/instrument yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia, secara garis besar digolongkan 2 macam, yaitu nontes ( bukan tes ) dan tes.

B. Teknik Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar: Tes dan Nontes
Ada sejumlah alat/instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia, secara garis besar digolongkan dalam 2 macam, yaitu tes dan nontes ( bukan tes ). Pada bagian unit ini dituntut memiliki kompetensi membuat instrumen tes dan dan nontes dalam penilaian pembelajaran bahasa Indonesia SD. Berikut akan diuraikan mengenai:
1.      Teknik tes dalam penilaian pembelajaran bahasa Indonesia SD.
2.      Teknik nontes dalam penilaian pembelajaran bahasa Indonesia SD.
Melalui pembacaan, pengkajian ( individu dan atau kelompok ) dengan memanfaatkan berbagai fasilitas yang tersedia ( CAI dan atau VCD ), dan pemahaman materi subunit 2 ini, diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai penilaian pembelajaran bahasa Indonesia SD, khususnya mengenai nontes dan tes, serta dapat mengaplikasikannya dalam melaksanakan tugas sebagai guru.
Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
Secara garis besar, alat penilaian yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi atau data-data  mengenai siswa yang dinilai, dibedakan atas teknik tes dan nontes. Bentuk soal ujian yang dipergunakan dapat objektif, esai ( nonbjektif ) atau tugas-tugas tertentu yang sebaiknya dilakukan siswa diluar jam pembelajaran bergantung pada kompetensi hasil belajar yang akan diukur.
Dinyatakan Alwi ( 2005, Handout Desain Instruksional ) langkah pokok kegiatan evaluasi hasil belajar/penilaian meliputi:
1.      Menyusun rencana penilaian, yaitu:
a.       Merumuskan ntujuan penilaian, sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan indikator.
b.      Menetapkan ranah yang akan dievaluasi kognitif, apektif, dan psikomotor.
c.       Menentukan teknik penilaian: tes/nontes.
d.      Menentukan bentuknya: objektif atau esai.
e.       Menyusun alat pengukuran dan penilaian.
f.       Menentukan tolak ukur, norma/kriteria penilaian.
g.      Menentukan frekuensi kegiatan penilaian.
2.      Menghimpun data, yaitu: melaksanakan pengukuran dan penilaian melalui tes, wawancara, atau dengan cara lain.
3.      Melakukan verifikasi/penelitian data untuk menyaring data ( memisahkan data yang baik dan yang buruk ) sebelum diolah lebih lanjut.
4.      Mengolah dan menganalisis data, yaitu memberi makna terhadap data yang sudah diperoleh, dapat dilakukan menggunakan statistic atau tidak.
5.      Menginterpretasi dan menyimpulkan data yang sudah dianalisis, yaitu: verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah diolah dan dianalisis, selanjutnya dibuat kesimpulan bedasarkan tujuan yang ingin dicapai.
6.      Data hasil evaluasi yang sudah disusun, diatur, diolah, dianalisis, dan disimpulkan, sehingga diketahui ‘ maknanya’ , selanjutnya guru/evaluator dapat menentukan kebijakan yang akan ditempuh: siswa lulus/ tidak lulus, naik/tidak naik kelas, perlu remidi atau pengayaan, dan peringkta siswa.
Salah satu ciri soal yang bermutu baik adalah soal itu dapat membedakan setiap kemampuan siswa. Semakin tinggi kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan, maka semakin tinggi pula peluang menjawab benar soal yang menanyakan materi yang telah diajarkan itu. Semakin rendah kemampuan siswa dalam memahami materi yamg telah diajarkan, maka semakin kecil pula peluang menjawab benar suatu soal yang menanyakan materi yang telah diajarkan. Syarat soal yang bermutu baik adalah bahwa soal harus ashih ( valid ), dan handal ( riliabel ). Sahih maksunya bahwa setiap alat ukur hanya mengukur satu dimensi/aspek saja. Handal maksudnya bahwa setiap alat ukur harus dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat, cermat, dan ajek.
Pengguanan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan melakukan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan siswa, dan banyaknya/jumlah materi waktu yang sudah disampaikan.
Teknik penilaian dalam uraian ini secara garis besar meliputi 1. Nontes dalam nilai pembalajaran bahasa Indonesia 2. Tes dalam penilaian pembalajaran bahasa Indonesia. Seperti dinyatakan oleh McDonald 1999, ada dua macam evaluasi pengajaran, yaitu evaluasi hasil dan evaluasi proses.
1.                  Teknik Tes dalam Penilaian Pembalajaran Bahasa Indonesia
Tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai prestasi siswa yang dapat dibandingkan dengan siswa lain atau dari nilai standart  yang ditetapkan (Nurgiantoro, 201 :58).
Menurut Sudjiono (2005:66) tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penelitian. Menurut Anderson (dikutip suparman 2001) tes adalah serentetan pertanyaan, latihan, atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.  Dari berbagai pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu bentuk penilaian dalam cara pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa. Jawaban yang diberikan siswa dianggap sebagai informasi terpercaya yang mencarminkan kemampuannya. Informasi tersebut merupakan masukan yang penting untuk menilai siswa. Perangkat tugas yang diberikan kepada siswa itulah dikenal dengan tes atau instrument tes.
Jika alat penilaian yang berupa teknik nontes lebih banyak berurusan dengan data-data kualitatif, teknik tes sebaliknya justru lebih banyak menyangkut data-data kuantitatif data-data itu biasanya berupa angka atau skor yang melambangkan tingkat kemampuan tertentu siswa yang dites.
Jenis tagihan yang berupa tes antara lain berupa pertanyaan lisan di kelas, kuis, ulangan harian, tes formatif, ujian blok, tes sumatif\ujian semester, tugas individual, dan tugas kelompok yang dikerjakan diluar jam pembelajaran, pertanyaan lisan dikelas dan ulangan harian dapat berwujud pertanyaan-pertanyaan yang menjadi bagian proses pembelajaran,  baik yang ditunjukkan kepada individu maupun kelompok, atau ulangan /latihan setelah berakhirnya suatu materi pembelajaran tertentu dalam waktu yang relative pendek.
Pemilihan jenis ujian tergantung pada kompetensi dasar, indikator, materi pokok pembalajaran, dalam pengalaman belajar yang akan diuji. Indikator yang meminta siswa melakukan kegiatan berbahasa secara langsung atau lisan yaitu; menyimak, membaca bersuara, dan berbicara , lebih tepat diuji melalui perintah dikelas dan ulangan harian dengan tes performansi. Adapun indicator yang menuntut kemampuan berfikir, yang dapat diuji melalui ujian tertulis tepat dilakukan dengan ujian formatif dan sumatif. Indicator yang meminta siswa melakukan kegiatan berbahasa tulis yang membutuhkan waktu banyak, misalnya mengarang, membuat synopsis cerpen, membuat laporan kegiatan.
Tes dapat dibedakan menjadi berbagai macam, berdasarkan jumlah individu tes dapat dibedakan menjadi tes individual dan tes kelompok. Berdasarkan jawaban yang dikehendaki yang diberikan siswa, tes dibedakan ke dalam tes tes perbuatan (jawaban berupa perilaku atau tindakan) dan tes verbal (jawaban berupa kata-kata atau kalimat lisan ataupun tulisan). Berdasarkan penyusunnannya, dibedakan tes standar (tes yang sudah disetandarkan) dan tes buatan guru (tes yang dibuat oleh guru). Berdasarkan bentuknya dibedakan tes objektif dan tes esai.
Bentuk Tes
Secara garis besar bentuk tes atau soal ujian dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu, 1. Tes objektif 2. Tes non objektif 3. Tes perbuatan. Tes bentuk objektif mengacu pada pengertian bahwa jawaban siswa diperiksa oleh siapapun dan kapanpun akan menghasilkan sekor yang kurang lebih sama karena tes objektif hanya memiliki satu jawaban alternative yang benar. Tes esai menunjuk pada pengertian bahwa cara pensekoran hasil pekerja siswa dipengaruhi oleh subjek pemeriksa. Tes perbuatan menuuntut siswa melakukan aktifitas tertentu dan penilaiannya dilakukan dengan cara mengamati performansi berbahasa siswa. Namun, sebelumnya harus sudah dipersiapkan kriteria penilaian agar pengukuran terhindar dari subjektifitas.
1.                  Bentukl Tes Objektif
Tes bentuk objektif dapat berupa tes benar salah, pilihan ganda, menjodahkan dan isian singkat. Jawaban tes objektif bersifat pasti dikhotomis. Hanya ada satu kemungkinan jkawaban yang benar dan siapapun yang mengoreksinya akan sama.
Sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, tes objektif mempunyai kelebihan dan kelemahan. Tes objektif dapat memanfaatkan bahan-bahan yang akan diteskan lebih banyak dan menyeluruh daripada tes esai, hanya memungkinkan adanya satu jawaban yang benar, penilaian objektif, sifat reabilitas penilaiannya tinggi, sangat mudah dikoreksi karena hanya menyocokkan jawaban siswa. Adapun kelemahannya : penyusunan tes objrktif membutuhkab waktu yang relative lebih lama, disamping membutuhkan penelitian, kecermatan dan kemampuan kusus dari pihak guru. Disamping itu, tingkatan aspek koknitif yang diungkapkan sebagian besar hanya berupa tingkatan dasar : ingatan dan pemahaman atau sedikit penerapan.
Macam Tes Objektif
Jenis tes objektif yang banyak digunakan orang adalah tes jawaban benar -salah ( true-false), pilihan ganda (multiple choise), isian (kompletion) dan penjodohan (matching)
a.                  Tes benar-salah
Bentuk tes terdiri dari sebuah pernyataan yang mempunyai dua kemungkinan benar atau salah.
Contoh:
1.      B – S  bahasa Indonesia termasuk rumpun ustronesia (ingtan)
2.      B- S kalimat ‘anak itu sellu pakai hem ‘ adalak kalimat gabung bertingkat bertingkat dengan kalimat menduduki fungsi objek.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan benar –salah.
1.                  Pernyataan jangan terlalu kompleks (berisi beberapa konsep sekaligus yang mungkin kurang berkaitan).
2.                  Pernyataan jangan mengutip apa adanya ( kutipan secara verbatim )dari buku karena akan menimbulkan kecenderungan siswa menghafalkan buku secara verbalistis.
3.                  Jumlah pernyataan yang benar dan yang salah haruus seimbang, separuh benar dan separuh salah, untuk mengatasi adanya kemungkinan siswa yang hanya menjawab benar atau salah semua secara asal.
4.                  Kemungkinan jawaban benar dengan pola-pola tertentu harus dihindari, misalnya B-SB-S-B-S, BBSS-BB-SS, atau B semua kemudian S semua atau sebaliknya.
Penentuan skor siswa dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu dengan rumus tanpa tebakan, S=R S: skor, dan R (right= jawaban betul). Jadi, untuk memperoleh skor siswa kita hanya menghitung jumlah jawaban yang betul. Rumus tebakan, S=R-W (wrong/jawaban salah). Jadi, kita menghitung jawaban betul kemudian dikurangi jawaban yang salah.
Kelebihan tes benar-salah
-                                             Baikuntukmengkur recall
-                                             Dapat mencakup bahan yang luas
-                                             Mudah untuk sekoring dan mudah menyusunnya
-                                             Waktu yang digunakan untuk mengerjakan soal tidak lama
-                                             Instrksi mudah dipahami
Kelemahan tes benar-salah
-                                          Adakemungkinan terjadi tebakan
-                                          Untuk mengukur hal-hal yang tes book
-                                          Saran-saran penyusunn tes benar –salah
- Hindari bentuk kalimat atau ungkapan seperti yang terdapat pada buku teks atau bacaan
- Hindari penggunaan kalimat yang luas dan umum
- Usahakan jumlah soal yang benar dan yang salah seimbang
b.               Tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda merupakan suatu bentuk tes yang paling banyak dipergunakan dalam dunia pendidikan.tes pilihan ganda terdiri atas sebuah pernyataan atau kalimat yang belum lengkap yang kemudian diikuti oleh sejumlah pernyataan atau bentuk yang dapat digunakan untuk melengkapinya dari sejumlah “pelengkap” tersebut, hanya satu yang tepat, yang lain merupakan pengecoh ( distractors). Kelebihan dan kelemahan tes objektif pilihan ganda tak berbeda halnya dengan kelebihan dan kelemahan tes objektif. Hanya saja tes objektif pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur kemampuan tingkat tinggi (pemahaman, analisis dan sintesis), yaitu dengan memberikan sebuah pernyataan kasus, dan pilihan jawaban berupa pemecahan kasus tersebut.
Untuk menyusun tes ini dengan baik, berikut ada saran yang perlu diperhatikan.
1.      Pernyatan pokok (stem) hendaknya hanya berisi satu permasalahan.
2.      Tiap satu butir soal hanya ada satu alternatife jawaban yang paling tepat.
3.      Semua alternatif jawaban yang disediakan harus mempunyai hubungan gramatikal yang benar atau sesuai dengan pernyataan.
4.      Panjang tiap option hendaknya kurang lebih sama adanya option yang jauh lebih panjang atau pendek akan mudah ditebak sebagai jawaban yang benar atau salah.
5.      Hindari pemberitahuan jawaban yang benar secara tidak langsung yang mungkin terlihat pada butir-butir soal berikutnya.
6.      Jumlah jawaban benar untuk masing-masing option kurang lebih sama, dan hindari adanya: jawaban benar yang berpola tertentu.
Kelebihan Tes Pilihan Ganda
-     Dapat untuk menelti secara efektif kemampuan siswa membuat tafsiran, melakukan pemilihan,mendiskriminasikan, menentukan pendapat-pendapatnya, menarik kesimpulan.
-     Cara penilaian mudah, cepat dan obyektif.
-     Dapat mengukur berbagai macam tujuan pengajaran dan proses mental yang tinggi.
-     Mencakup seluruh bahan.
Kelemahan Tes Pilihan Ganda
-     Sulit menyusunnya dan memerlukan banyak waktu
-     Tidak dapat dipergunakan untuk mengukur kecakapan mahasiswa dalam mengorganisasikan bahan.
c.                Tes isian
Tes isian, melengkapi, atau menyempurnakan merupakan suatu bentuk tes objektif yang terdiri atas pernyataan yang sengaja dihilangkan sebagian unsurnya, sengaja dibuat secara tidak lengkap. Bentuk Tes melengkapi tidak harus disusun kalimat per kalimat, namun dapat juga terdiri atas sebuah wacana yang kemudian dihilangkan sejumlah bagiannya.
Dalam penyusunan tes isian ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1)      Tiap satu pernyataan yang berisi tempat kosong yang harus dijawab siswa hanya berisi satu kemungkinan jawaban yang benar.
2)      Pemberian tempat kosong/ttik-titik sebaiknya sama panjang agar tidak menimbulkan penafsiran tertentu pada pihak siswa.
3)      Tempat kosong sebaiknya tidak ditempatkan di awal kalimat karena hal itu kurang mendorong lancarnya pemikiran siswa.
Kelebihan Tes Isian
-     Baik untuk menilai emampuan mengingat
-     Untuk menilai pengetahuan siswa tentang istilah
-     Tidak akan terjadi jebakan jawaban
kelemahan Tes Isian
- Sekoring tidak benar-benar obyektif
- Sering membingungkan siswa
- Pengukuran terbatas pada recall (mengingat kembali)
D.        Tes menjodohkan 
Dalam tes bentuk menjodohkan, siswa dituntut untuk memasangkan, mencocokan, atau menghubungkan anatara dua pernyataan yang disediakan. Pernyatan biasanya diletakkan dalam dua lajur, kiri dan kanan, lajur kiri berupa pernyataan pokok (stem) atau pertanyaan, sedang lajur kanan merupakan “jawaban” atas pernyataan dilajur kiri.
Kelebihan Tes Menjodohkan
-     Baik untuk mengukur kesanggupan siswa dalam memberikan informasi tentang fakta.
-     Penyusunan soal lebih mudah.
-     Jawaban subjektif dan scoring mudah.
KelemahanTes Menjodohkan
- lebih banyak menitikberatkan kepada fakta daripada pengertian.
- lebih banyak menitik beratkan kepada kesanggupan menyusun fakta dari pada menerapkan prinsip.
2.               Bentuk tes esai
Tes esai atau dikenal juga dengan tes uraian adalah bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian. Dikatakan oleh Niko (1993) bahwa dalam tes bentuk esai siswa dituntut berpikir dan mempergunakan apa yang diketahuinya yang berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab. Tes ini disebut juga tes subjektif karena jawaban siswa dan penilaiannya yang tidak luput dari unsure subjektivitas. Dikatakan oleh Sudjiono (2005:100) ada beberapa karakteristik tes esai, yaitu:
a.       Berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian.
b.      Bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut siswa untuk memberikan penjelasan, komentar, membandingkan, uraian lain.
c.       Jumlah butir soal biasanya tidak banyak.
d.      Pembuatan soalnya lebih mudah dibandingkan tes objektif.
e.       Penilaiannya lebih sulit dibandingkan tes objektif.
Tes esai memiliki kelebihan, selain mudah disusun, tepat untuk menilai proses berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi, melatih siswa berpikir secara jelas dan runtut, kurang memberikan kesempatan siswa berspekulasi, penyusunannya cepat, dan pembiayaannya murah. Adapun kelemahan tes esai diantaranya karena tes ini hanya dapat mencakup sedikit bahan sehingga kadar validitas dan reliabilitas tes esai rendah, menurut Niko (1993) hal itu merupakan kelemahan pokok. Rendahnya kadar validitas dan reliabilitas disebabkan (i) terbatasnya sampel bahan yang diteskan yang mewakili seluruh bahan, (ii) jawaban yang diberikan siswa sangat variatif, dan (iii) penilaian yang dilakukan sangat subjektif.
Kelebihan Tes Esai
- Tes ini baik untuk mengukur kemampuan membandingkan, merangkum,membedakan, menggambarkan dan menilai.
- Dapat mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat
- Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.
- Tidak bias menebak jawaban.
- Relative mudah menyusunnya.
Kelemahan Tes Esai
-                                             Pemberian scoring kurang obyektif
-                                             Nilai reabilitas rendah
-                                             Ada pengaruh subyaktif
-                                             Pokok bahasan yang diujikan terbatas
-                                             Dlam mengerjakan tiap butir soal memerluka waktu yang cukup lama.
3.               Bentuk tes performansi
Tes perbuatan atau performansi berbahasa, yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa mempergunakan bahasa dalam berkomunikasi atau menampilkan aktivitas berbahasa dan berapresiasi sastra. tes perbutan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak siswa melakukan sejak siswa melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapainya, untuk menilai tes perbuatan pada umumnya  diperlukan sebuah forma pengamatan yang bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga guru dapat menuuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan.
Bentuk instrument perbuatan berbahasa untuk menilai keterampilan berbahasa siswa lebih menitik beratkan aktifitas berbahasa lisan, yang antara lain ditengarai adanya  bentuk indicator : berpidato, bercerita, mengemukakan tugas, atau menceritakan kembali secara lisan. Bentuk tes ini dapat berupa tugas berpidato, melakukan wawancara, bercerita  menceritakan kembali secara lisan.
4. Teknik Nontes dalam Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Instrument nontes diantaranya dapat berupa
1.                  fortofolio
fortofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa, penilaian fortofolio pada dasarnya adalah penilaian pada karya-karya siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Semua tugas penulisan yang dikerjakan siswa dalam jangka waku tertentu. Misalnya satu semester dikumpulkan lalu dilakukan penilaian. Sebagai mana ditunjukkan dalam tugas-tugas menulis dan atau tes isai dalam penilaian hasil belajar Bahasa Indonesia. Siswa diharapkan untuk berunjuk kerja secara aktif, produktif, lewat bahasa tulis. Kemampuan menulis tersebut merupakan salah satu setandar kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian portopolio,
1.      karya yang dikumpulkan benar-benar merupakan karya siswa yang bersangkutan.
2.      karya siswa yang dijadikan contoh pekerjaan yang akan dinilai haruslah mencerminkan perkembangan kemampuan dan mewakili.
3.      kriteria yang dipakai untuk menilai portofolio haruslah telah ditetapkan sebelumnya.
4.      siswa diminta menilai secara terus-menerus hasil portopolionya.
5.      perlu dilakukan pertemuan dengan siswa yang dinilai.
  1. lembar observasi
beberapa hal yang perlu dilakukan dalam penyiapan tugas ini antara lain sebagai berikut :
1.      memilih tugas tertentu yang menuntut siswa menampilkan kemampuan berbahasanya secara langsung misalnya tugas berpidato dan bercerita.
2.      siapkan bahan yang mendukung pelaksanaan tugas misalnya rekapan pita radio dan televise, teks tertulis yang sesuai dengan kondisi siswa.
3.      tulis rambu-rambu atau aspek-aspek yang akan diamati dan dinilai misalnya dalam bentuk pedoman dan tentukan bobot tiap aspek.
Obserfasi adalah suatu kegian yang dilakukan guru untuk mendpatkan informasi tentang siswa dengan cara mengamati tintanglaku dan mengamati kegiatan selama obserfasi berlangsung. Dalam kegiatan obserfasi perlu dipersiapkan format pengamatan, yang berisi 1. perilaku-perilaku atau kemampuan y6ang akan dinilai 2. batas waktu pengamatan.
Kegiatan obserfasi memerlukan waktu yang lebih lama sehingga pelaksanaan kegiatan pengamatan secara berkali-kali terutama yang berstruktur dengan menciptakan situasi kusus, kiranya kurang evisien. Pelaksanaan pengamatan yang terkondisi sebaiknya sekali saja. Kegiatan pengamatan sangat diperlukan oleh karena  itu para guru hendaknya memanfaatkan pengumpulan informasi penilaian melalui kegiatan pengamatan atau teknikal tes pada umumnya.
  1. wawancara
teknik wawancara diperlukan guru untuk tujuan mengungkapkan atau mengejar lebih lanjut tentang hal-hal yang dirasa guru kerang jelas informasinya sebelum menentuknan teknik dan alat penilaian penulis soal perlu menetapkan terlebih dahulu tujuan penilaian dan KD yang hendak diukur. Setelah menentukan tujuan penilaian dan pokok bahasan yang sangat penting, langkah berikutnya adalah menentukan jumlah soal setiap pokok bahasan atau materi dan penyebaran soalnya . untuk mempermudah dalam pelaksanaannya, perhatilkan langkah-langkah berikut
1.      menentukan tujuan penilaian.
2.      menentukan kompetensi yang akan diujikan sesuai dengan tujuan penilaian.
3.      menentukan materi, pokok bahasan penting.
4.      menentukan jumlah butir soal yang akan diujikan.
5.      menentukan proporsi soal atau jumlah butir soal pada tengah dan akhir semester.
6.      menentukan proporsi soal atau jumlah butir soal pada setiap pakok bahasan atau pembelajaran.
7.      menentukan penyebaran butir soal yang diurutkan dari soal nomer 1 sampai dengan nomer terkhir.
8.      menentukan perilaku yang akan diukur pada setiap materi yang akan diukur.
9.      merumuskan indikatornya secara tepat.
10.  menuliskannya kedalam format kisi-kisi tes.
Langkah pengembangan kisi-kisi adalah
1.                                          menulis tujuan pembelajaran
2.                                          menyusun daftar materi pokok pembel;ajaran yang akan diujikan
3.      menentukan pilian pengalaman belajar yang kemungkinan dapat dilaksanakan siswa.
4.      menentukan indicator.
5.      menentukan jumlah soal setiap materi pembelajaran.
Kisi-kisi itu sendiri disusun dapat untuk tes tengah semester, akhir semester atau tes yang lain, untuk tes kemampuan berbahasa yang bersifat terpadu misalnya, dapat disusun kisi-kisi untuk mengukur kemampuan mendengan dan membaca, berbicara dan membaca, membaca dan menulis dan lain-lain.