PENILAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR
A.
Penilaian
Proses dan Penilaian Hasil dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar
Penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia sama dengan
penilaian mata pelajaran lain, meliputi 3 ruang lingkup, yaitu:
- Penilaian program pengajaran ( penilaian terhadap tujuan, isi program, dan strategi pengajaran );
- Penilaian proses pengajaran ( kesesuaian antara rencana dan PBM ); kesiapan guru dalam melaksanakan PBM; kesiapan siswa mengikuti PBM; minat dan perhatian siswa; keaktifan dan partisipasi siswa; peranan BP terhadap siswa yang memerlukan; interaksi komonikasi yang terjadi dikelas; pemberian penguatan; pemberian tugas);
- Penilaian hasil pengajaran penguasaan siswa terhadap tujuan yang direncanakan.
Melalui pembacaan, pengkajian secara individu atau kelompok
( dengan memanfaatkan CAI dan atau VCD ) dan pemahaman materi subunit ini,
diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai penilaian proses
dan penilaian hasil pembelajaran bahasa Indonesia SD serta dapat
mengaplikasikannya dalam melaksanakan tugas sebagai guru.
Penilaian
Proses dan Penilaian Hasil Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
Salah satu ciri KBK adalah adanya system penilaian acaun
kriteria dan standar pencapaian yang diterapkan secara konsisten. Untuk itu,
dalam menerapkan standar kompetensi guru harus mengembangkan penilaian otentik
berkelanjutan yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi yang
diwujudkan dalam penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas merupakan
proses pengumpulan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan
mengindentifikasikan pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang jelas
standarnya dan disertai peta kemampuan belajar secara terpadu dengan PBM.
Penialain dilakukan melalui Portofolio, produk, proyek, kinerja, atau tes.
Dalam Depdiknas ( 2005 ) bahwa penilaian otentik memiliki beberapa
syarat, yaitu:
1.
Proses penilaian
harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran.
2.
Penilaian harus
mencerminkan masalah dunia nyata.
3.
Penilaian harus
menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan
karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4.
Penialain harus
bersifat holistik, mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran.
Menurut Suparman ( 2001 ), penilaian kelas yang tersusun
secara terencana dan sistematis oleh guru memiliki beberapa fungsi, yaitu
motivasi, fungsi belajar tuntas, fungsi efektifitas, dan fungsi umpan balik.
Tujun
penilaian menurut Sudjiono ( 2005 ), adalah:
- Untuk memberikan informasi kemajuan hasil belajar siswa secara individu dalam mencapai tujuan sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukan.
- Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar mengajar lebih lanjut; informasi yang dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa.
- Memberikan motivasi belajar siswa, mengimformasikan kemauannya agar teransang untuk melakukan usaha perbaikan.
- Memberi informasi tentang semua aspek kemajuan siswa.
- Member bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya.
Untuk dapat melaksanakan penilaian pembelajaran bahasa
Indonesia dengan baik, perlu juga diketahui prinsipnya. Secara umum penilaian
harus:
1.
Menyeluruh, artinya penilaian
menyangkut seluruh aspek yang dimiliki siswa, yaitu pengetahuan, sikap, serta
keterampilan berbahasa Indonesia sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia.
2.
Berkesinambungan,
artinya penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus,
berencana artinya sejak menyusun rencana penyajian sudah dipikirkan cara dan
jemisnya. Bertahap artinya penilaian dilaksanakan sesuai dengan tahapan
penyajian materi pembelajaran sebagaimana disusun dalam unit-unit program.
Terus-menerus artinya penilaian dilaksanakan setiap penyajian unit pelajaran (
di awal, dalam proses, dan di akhir ) tes formatif/blok, tes sumatif/semester,
sampai pada akhir jenjang pendidikan.
3.
Bermakna, artinya
hasil penilaian itu harus bermakna, baik ditinjau dari segi guru, siswa maupun
program pengajaran.
4.
Berorientasi pada
tujuan, artinya evaluasi disusun dan disesuaikan dengan tujuan pengajaran
bahasa Indonesia yakni standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator,
serta isi, ruang lingkup sajian materi yang diberikan dalam kegiatan
belajar-mengajar.
5.
Objektif, artinya
penialian harus menghindarkan diri dari unsur-unsur yang bersifat subjektif
sehingga hasil evaluasi dapat menggambarkan aspek-aspek yang sebenarnya diukur.
6.
Terbuka, artinya
hasil penilaian dapat diketahui oleh semua pihak, siswa, orang tua, dan
masyarakat boleh mengetahui hasil evaluasi.
7.
Kesesuaian, artinya
evaluasi harus sesuai dengan pendekatan kegiatan belajar bahasa Indonesia,
yaitu pendekatan komunikatif, integratif, tematik, CBSA, dan pendekatan
keterampilan proses.
8.
Bersifat mendidik,
artinya hasil penilaian dapat digunakan untuk membimbing dan memberi dorongan
kepada siswa untuk lebih meningkatkan prestasi belajar.
Dalam penilaian pembelajaran bahasa Indonesia, penilaian
yang dilakukan harus meliputi penilaian hasil belajar bahasa Indonesia dan
penilaian proses belajar bahasa Indonesia. Penilaian hasil belajar bahasa
Indonesia dapat diperoleh dengan menggunakan evaluasi berupa tes dan nontes. Alat
tes berupa soal-soal dan alat nontes berupa tugas-tugas yang diberikan.
Evaluasi proses belajar bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan observasi,
kuesioner, dan sebagainya. Dinyatakan oleh Munandir ( 1997 ) untuk mengetahui
apakah tujuan atau kompetensi yang dikehendaki sudah dikuasai siswa atau belum,
dan seberapa besar tingkat penguasaan tersebut, diperlukan pengukuran dan
penilaian. Pada praktiknya ada beberapa istilah yang digunakan untuk
pengukuran dan penilaian, yaitu: pengukuran, tes, penilaian/evaluasi, dan
pengambilan keputusan. Pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan
informasi secara kuantitatif, salah satu alat ukurnya berupa tes hasil
pengukurannya disebut skor. Penilaian/evaluasi adalah kegiatan untuk mengetahui
apakah suatu program telah berhasil atau belum, mengartikan skor yang diperoleh
melalui pengukuran dengan cara membandingkan skor yang diperoleh siswa,
mengkaji hasil perbandingan itu, lalu menyimpulkan: memuaskan atau tidak, baik
atau tidak, lulus atau tidak, dan seterusnya.
Contoh
penilaian proses pembelajaran bahasa Indonesia
Mata
pelajaran : bahasa Indonesia
Kelas/semester
: II/I SD
Standar
kompetensi : membaca (pemulaan)
Kompetensi
dasar : mampu membaca huruf dan kata
Indicator
: dapat membaca dengan lafal yang tepat
Tema
: pengalaman
Subtema
: pengalaman siswa ke took buku
Waktu
: 2x35 menit
Keterampilan
yang dilatihkan:
· Melatih pelafalan huruf dan kata
· Melatihkan membaca dengan intonasi yang
benar
· Pemahaman isi bacaan
Kegiatan
pembelajaran
· Dua atau tiga anak bergiliran diminta
membaca teks yang sudah disediakan guru yang berjudul, contoh “Pergi ke Toko
Buku” dengan bersuara.
· Siswa mengamati pembacaan temannya dan
memberikan tanggapan. Jika ada anak yang mengatakan belum benar, guru meminta
siswa lain mencoba memperbaiki cara membaca. Selanjutnya, secara bersama-sama
membaca seperti contoh, terutama cara pelafalan.
Penialian
dilakukan selama kegiatan pembelajaran itu menggunakan lembar pengamatan
membaca seperti berikut:
Lembar
pengamatan membaca bersuara
NO
|
NAMA
SISWA
|
LAFAL
|
INTONASI
|
KENYARINGAN
|
KRITERIA
|
|||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
A
|
B
|
C
|
D
|
A
|
B
|
C
|
D
|
|||
A : baik sekali
|
||||||||||||||
B : baik
|
||||||||||||||
C : cukup
|
||||||||||||||
D : kurang
|
Contoh
penilaian hasil pembelajaran Bahasa Indonesia
Mata
pelajaran
: Bahasa dan sastra Indonesia
Tema
: Aneka kegemaran
Unit
: 1
Kelas/semester
: 1/1
Pertemuan
: 1
Alokasi
waktu : 2x35
menit
Kompetensi
dasar : membaca cepat
Indikator
: - dapat menentukan gagasan pokok secara cepat
-dapat menceritakan kembali isi teks secara lengkap
Setelah
melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan scenario/kegiatan
belajar-mengajar yang direncanakan, guru melakukan penilaian, misalnya dengan
cara berikut:
Penilaian
hasil:
1.
Sebutkan gagasan
pokok teks bacaan tersebut!
2.
Ceritakan kembali isi
teks bacaan dengan kalimat sendiri
1.
Format penilaian
untuk menemukan gagasan pokok secara cepat
Nama
|
Kecepatan
|
Ketepatan
(10-100)
|
1.
Tina
|
||
2.
Toni
|
||
3.
Tini
|
1.
Format penilaian
untuk menceritakan isi teks secara lengkap
Aspek
|
Descriptor
|
Skor
(10-100)
|
Kelengkapan
isi
|
Semua
informasi penting terwadahi dalam paragraph yang dikembangkan
|
|
Keaslian
pengungkapan
|
Paparan
tidak mencotoh teks asli
|
Dinyatakan dalam Depdiknas ( 2003 ) bahwa perekaman
kompetensi pada saat berlangsungnya PP dapat dipandang sebagai pengukuran
proses, sedangkan apabila hal itu dilakukan sesudah berakhirnya PP dipandang
sebagai pengukuran produk/hasil. Ada sejumlah alat/instrument yang dapat
digunakan untuk melakukan penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia, secara
garis besar digolongkan 2 macam, yaitu nontes ( bukan tes ) dan tes.
B.
Teknik Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar: Tes dan Nontes
Ada sejumlah alat/instrumen yang dapat digunakan untuk
melakukan penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia, secara garis besar
digolongkan dalam 2 macam, yaitu tes dan nontes ( bukan tes ). Pada bagian unit
ini dituntut memiliki kompetensi membuat instrumen tes dan dan nontes dalam
penilaian pembelajaran bahasa Indonesia SD. Berikut akan diuraikan mengenai:
1.
Teknik tes dalam
penilaian pembelajaran bahasa Indonesia SD.
2.
Teknik nontes dalam
penilaian pembelajaran bahasa Indonesia SD.
Melalui pembacaan, pengkajian ( individu dan atau kelompok )
dengan memanfaatkan berbagai fasilitas yang tersedia ( CAI dan atau VCD ), dan
pemahaman materi subunit 2 ini, diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman
mengenai penilaian pembelajaran bahasa Indonesia SD, khususnya mengenai nontes
dan tes, serta dapat mengaplikasikannya dalam melaksanakan tugas sebagai guru.
Penilaian
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
Secara garis besar, alat penilaian yang dapat digunakan
untuk mendapatkan informasi atau data-data mengenai siswa yang dinilai,
dibedakan atas teknik tes dan nontes. Bentuk soal ujian yang dipergunakan dapat
objektif, esai ( nonbjektif ) atau tugas-tugas tertentu yang sebaiknya
dilakukan siswa diluar jam pembelajaran bergantung pada kompetensi hasil
belajar yang akan diukur.
Dinyatakan
Alwi ( 2005, Handout Desain Instruksional ) langkah pokok kegiatan evaluasi
hasil belajar/penilaian meliputi:
1.
Menyusun rencana
penilaian, yaitu:
a.
Merumuskan ntujuan
penilaian, sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan indikator.
b.
Menetapkan ranah yang
akan dievaluasi kognitif, apektif, dan psikomotor.
c.
Menentukan teknik
penilaian: tes/nontes.
d.
Menentukan bentuknya:
objektif atau esai.
e.
Menyusun alat
pengukuran dan penilaian.
f.
Menentukan tolak
ukur, norma/kriteria penilaian.
g.
Menentukan frekuensi
kegiatan penilaian.
2.
Menghimpun data,
yaitu: melaksanakan pengukuran dan penilaian melalui tes, wawancara, atau
dengan cara lain.
3.
Melakukan
verifikasi/penelitian data untuk menyaring data ( memisahkan data yang baik dan
yang buruk ) sebelum diolah lebih lanjut.
4.
Mengolah dan
menganalisis data, yaitu memberi makna terhadap data yang sudah diperoleh,
dapat dilakukan menggunakan statistic atau tidak.
5.
Menginterpretasi dan
menyimpulkan data yang sudah dianalisis, yaitu: verbalisasi dari makna yang
terkandung dalam data yang telah diolah dan dianalisis, selanjutnya dibuat
kesimpulan bedasarkan tujuan yang ingin dicapai.
6.
Data hasil evaluasi
yang sudah disusun, diatur, diolah, dianalisis, dan disimpulkan, sehingga
diketahui ‘ maknanya’ , selanjutnya guru/evaluator dapat menentukan kebijakan
yang akan ditempuh: siswa lulus/ tidak lulus, naik/tidak naik kelas, perlu
remidi atau pengayaan, dan peringkta siswa.
Salah satu ciri soal yang bermutu baik adalah soal itu dapat
membedakan setiap kemampuan siswa. Semakin tinggi kemampuan siswa dalam
memahami materi yang telah diajarkan, maka semakin tinggi pula peluang menjawab
benar soal yang menanyakan materi yang telah diajarkan itu. Semakin rendah
kemampuan siswa dalam memahami materi yamg telah diajarkan, maka semakin kecil
pula peluang menjawab benar suatu soal yang menanyakan materi yang telah
diajarkan. Syarat soal yang bermutu baik adalah bahwa soal harus ashih ( valid
), dan handal ( riliabel ). Sahih maksunya bahwa setiap alat ukur hanya
mengukur satu dimensi/aspek saja. Handal maksudnya bahwa setiap alat ukur harus
dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat, cermat, dan ajek.
Pengguanan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan
dengan tujuan melakukan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang
dilakukan siswa, dan banyaknya/jumlah materi waktu yang sudah disampaikan.
Teknik penilaian dalam uraian ini secara garis besar
meliputi 1. Nontes dalam nilai pembalajaran bahasa Indonesia 2. Tes dalam
penilaian pembalajaran bahasa Indonesia. Seperti dinyatakan oleh McDonald 1999,
ada dua macam evaluasi pengajaran, yaitu evaluasi hasil dan evaluasi proses.
1.
Teknik Tes dalam
Penilaian Pembalajaran Bahasa Indonesia
Tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang
berbentuk tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang
nilai prestasi siswa yang dapat dibandingkan dengan siswa lain atau dari nilai
standart yang ditetapkan (Nurgiantoro, 201 :58).
Menurut Sudjiono (2005:66) tes adalah alat atau prosedur
yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penelitian. Menurut Anderson
(dikutip suparman 2001) tes adalah serentetan pertanyaan, latihan, atau alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Dari berbagai
pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu bentuk
penilaian dalam cara pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh
siswa. Jawaban yang diberikan siswa dianggap sebagai informasi terpercaya yang
mencarminkan kemampuannya. Informasi tersebut merupakan masukan yang penting
untuk menilai siswa. Perangkat tugas yang diberikan kepada siswa itulah dikenal
dengan tes atau instrument tes.
Jika alat penilaian yang berupa teknik nontes lebih banyak
berurusan dengan data-data kualitatif, teknik tes sebaliknya justru lebih
banyak menyangkut data-data kuantitatif data-data itu biasanya berupa angka
atau skor yang melambangkan tingkat kemampuan tertentu siswa yang dites.
Jenis tagihan yang berupa tes antara lain berupa pertanyaan
lisan di kelas, kuis, ulangan harian, tes formatif, ujian blok, tes
sumatif\ujian semester, tugas individual, dan tugas kelompok yang dikerjakan
diluar jam pembelajaran, pertanyaan lisan dikelas dan ulangan harian dapat
berwujud pertanyaan-pertanyaan yang menjadi bagian proses pembelajaran,
baik yang ditunjukkan kepada individu maupun kelompok, atau ulangan /latihan
setelah berakhirnya suatu materi pembelajaran tertentu dalam waktu yang
relative pendek.
Pemilihan jenis ujian tergantung pada kompetensi dasar,
indikator, materi pokok pembalajaran, dalam pengalaman belajar yang akan diuji.
Indikator yang meminta siswa melakukan kegiatan berbahasa secara langsung atau
lisan yaitu; menyimak, membaca bersuara, dan berbicara , lebih tepat diuji
melalui perintah dikelas dan ulangan harian dengan tes performansi. Adapun
indicator yang menuntut kemampuan berfikir, yang dapat diuji melalui ujian
tertulis tepat dilakukan dengan ujian formatif dan sumatif. Indicator yang
meminta siswa melakukan kegiatan berbahasa tulis yang membutuhkan waktu banyak,
misalnya mengarang, membuat synopsis cerpen, membuat laporan kegiatan.
Tes dapat dibedakan menjadi berbagai macam, berdasarkan
jumlah individu tes dapat dibedakan menjadi tes individual dan tes kelompok.
Berdasarkan jawaban yang dikehendaki yang diberikan siswa, tes dibedakan ke
dalam tes tes perbuatan (jawaban berupa perilaku atau tindakan) dan tes verbal
(jawaban berupa kata-kata atau kalimat lisan ataupun tulisan). Berdasarkan
penyusunnannya, dibedakan tes standar (tes yang sudah disetandarkan) dan tes
buatan guru (tes yang dibuat oleh guru). Berdasarkan bentuknya dibedakan tes
objektif dan tes esai.
Bentuk
Tes
Secara garis besar bentuk tes atau soal ujian dibedakan
menjadi 3 bentuk yaitu, 1. Tes objektif 2. Tes non objektif 3. Tes perbuatan.
Tes bentuk objektif mengacu pada pengertian bahwa jawaban siswa diperiksa oleh
siapapun dan kapanpun akan menghasilkan sekor yang kurang lebih sama karena tes
objektif hanya memiliki satu jawaban alternative yang benar. Tes esai menunjuk
pada pengertian bahwa cara pensekoran hasil pekerja siswa dipengaruhi oleh
subjek pemeriksa. Tes perbuatan menuuntut siswa melakukan aktifitas tertentu
dan penilaiannya dilakukan dengan cara mengamati performansi berbahasa siswa. Namun,
sebelumnya harus sudah dipersiapkan kriteria penilaian agar pengukuran
terhindar dari subjektifitas.
1.
Bentukl
Tes Objektif
Tes bentuk objektif dapat berupa tes benar salah, pilihan
ganda, menjodahkan dan isian singkat. Jawaban tes objektif bersifat pasti
dikhotomis. Hanya ada satu kemungkinan jkawaban yang benar dan siapapun yang
mengoreksinya akan sama.
Sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, tes objektif
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Tes objektif dapat memanfaatkan bahan-bahan
yang akan diteskan lebih banyak dan menyeluruh daripada tes esai, hanya
memungkinkan adanya satu jawaban yang benar, penilaian objektif, sifat
reabilitas penilaiannya tinggi, sangat mudah dikoreksi karena hanya menyocokkan
jawaban siswa. Adapun kelemahannya : penyusunan tes objrktif membutuhkab waktu
yang relative lebih lama, disamping membutuhkan penelitian, kecermatan dan
kemampuan kusus dari pihak guru. Disamping itu, tingkatan aspek koknitif yang
diungkapkan sebagian besar hanya berupa tingkatan dasar : ingatan dan pemahaman
atau sedikit penerapan.
Macam
Tes Objektif
Jenis tes objektif yang banyak digunakan orang adalah tes
jawaban benar -salah ( true-false), pilihan ganda (multiple choise), isian
(kompletion) dan penjodohan (matching)
a.
Tes
benar-salah
Bentuk tes terdiri dari sebuah pernyataan yang mempunyai dua
kemungkinan benar atau salah.
Contoh:
1.
B – S bahasa
Indonesia termasuk rumpun ustronesia (ingtan)
2.
B- S kalimat ‘anak
itu sellu pakai hem ‘ adalak kalimat gabung bertingkat bertingkat dengan
kalimat menduduki fungsi objek.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan benar –salah.
1.
Pernyataan jangan
terlalu kompleks (berisi beberapa konsep sekaligus yang mungkin kurang
berkaitan).
2.
Pernyataan jangan
mengutip apa adanya ( kutipan secara verbatim )dari buku karena akan
menimbulkan kecenderungan siswa menghafalkan buku secara verbalistis.
3.
Jumlah pernyataan
yang benar dan yang salah haruus seimbang, separuh benar dan separuh salah,
untuk mengatasi adanya kemungkinan siswa yang hanya menjawab benar atau salah
semua secara asal.
4.
Kemungkinan jawaban
benar dengan pola-pola tertentu harus dihindari, misalnya B-SB-S-B-S,
BBSS-BB-SS, atau B semua kemudian S semua atau sebaliknya.
Penentuan skor siswa dapat dilakukan dengan dua macam cara,
yaitu dengan rumus tanpa tebakan, S=R S: skor, dan R (right= jawaban betul).
Jadi, untuk memperoleh skor siswa kita hanya menghitung jumlah jawaban yang
betul. Rumus tebakan, S=R-W (wrong/jawaban salah). Jadi, kita menghitung
jawaban betul kemudian dikurangi jawaban yang salah.
Kelebihan
tes benar-salah
-
Baikuntukmengkur
recall
-
Dapat mencakup bahan
yang luas
-
Mudah untuk sekoring
dan mudah menyusunnya
-
Waktu yang digunakan
untuk mengerjakan soal tidak lama
-
Instrksi mudah
dipahami
Kelemahan
tes benar-salah
-
Adakemungkinan
terjadi tebakan
-
Untuk mengukur
hal-hal yang tes book
-
Saran-saran penyusunn
tes benar –salah
- Hindari bentuk kalimat atau ungkapan seperti yang terdapat
pada buku teks atau bacaan
- Hindari penggunaan kalimat yang luas dan umum
- Usahakan jumlah soal yang benar dan yang salah seimbang
b.
Tes
pilihan ganda
Tes pilihan ganda merupakan suatu bentuk tes yang paling
banyak dipergunakan dalam dunia pendidikan.tes pilihan ganda terdiri atas
sebuah pernyataan atau kalimat yang belum lengkap yang kemudian diikuti oleh
sejumlah pernyataan atau bentuk yang dapat digunakan untuk melengkapinya dari
sejumlah “pelengkap” tersebut, hanya satu yang tepat, yang lain merupakan
pengecoh ( distractors). Kelebihan dan kelemahan tes objektif pilihan ganda tak
berbeda halnya dengan kelebihan dan kelemahan tes objektif. Hanya saja tes
objektif pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur kemampuan tingkat tinggi
(pemahaman, analisis dan sintesis), yaitu dengan memberikan sebuah pernyataan
kasus, dan pilihan jawaban berupa pemecahan kasus tersebut.
Untuk
menyusun tes ini dengan baik, berikut ada saran yang perlu diperhatikan.
1.
Pernyatan pokok
(stem) hendaknya hanya berisi satu permasalahan.
2.
Tiap satu butir soal
hanya ada satu alternatife jawaban yang paling tepat.
3.
Semua alternatif
jawaban yang disediakan harus mempunyai hubungan gramatikal yang benar atau
sesuai dengan pernyataan.
4.
Panjang tiap option
hendaknya kurang lebih sama adanya option yang jauh lebih panjang atau pendek
akan mudah ditebak sebagai jawaban yang benar atau salah.
5.
Hindari pemberitahuan
jawaban yang benar secara tidak langsung yang mungkin terlihat pada butir-butir
soal berikutnya.
6.
Jumlah jawaban benar
untuk masing-masing option kurang lebih sama, dan hindari adanya: jawaban benar
yang berpola tertentu.
Kelebihan
Tes Pilihan Ganda
- Dapat untuk menelti secara efektif
kemampuan siswa membuat tafsiran, melakukan pemilihan,mendiskriminasikan,
menentukan pendapat-pendapatnya, menarik kesimpulan.
- Cara penilaian mudah, cepat dan
obyektif.
- Dapat mengukur berbagai macam tujuan
pengajaran dan proses mental yang tinggi.
- Mencakup seluruh bahan.
Kelemahan
Tes Pilihan Ganda
- Sulit menyusunnya dan memerlukan banyak
waktu
- Tidak dapat dipergunakan untuk mengukur
kecakapan mahasiswa dalam mengorganisasikan bahan.
c.
Tes
isian
Tes isian, melengkapi, atau menyempurnakan merupakan suatu
bentuk tes objektif yang terdiri atas pernyataan yang sengaja dihilangkan
sebagian unsurnya, sengaja dibuat secara tidak lengkap. Bentuk Tes melengkapi
tidak harus disusun kalimat per kalimat, namun dapat juga terdiri atas sebuah
wacana yang kemudian dihilangkan sejumlah bagiannya.
Dalam
penyusunan tes isian ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1)
Tiap satu pernyataan
yang berisi tempat kosong yang harus dijawab siswa hanya berisi satu
kemungkinan jawaban yang benar.
2)
Pemberian tempat
kosong/ttik-titik sebaiknya sama panjang agar tidak menimbulkan penafsiran
tertentu pada pihak siswa.
3)
Tempat kosong
sebaiknya tidak ditempatkan di awal kalimat karena hal itu kurang mendorong
lancarnya pemikiran siswa.
Kelebihan Tes Isian
- Baik untuk menilai emampuan mengingat
- Untuk menilai pengetahuan siswa tentang
istilah
- Tidak akan terjadi jebakan jawaban
kelemahan
Tes Isian
- Sekoring tidak benar-benar obyektif
- Sering membingungkan siswa
- Pengukuran terbatas pada recall (mengingat kembali)
D.
Tes menjodohkan
Dalam tes bentuk menjodohkan, siswa dituntut untuk
memasangkan, mencocokan, atau menghubungkan anatara dua pernyataan yang
disediakan. Pernyatan biasanya diletakkan dalam dua lajur, kiri dan kanan,
lajur kiri berupa pernyataan pokok (stem) atau pertanyaan, sedang lajur kanan
merupakan “jawaban” atas pernyataan dilajur kiri.
Kelebihan Tes Menjodohkan
- Baik untuk mengukur kesanggupan siswa
dalam memberikan informasi tentang fakta.
- Penyusunan soal lebih mudah.
- Jawaban subjektif dan scoring mudah.
KelemahanTes
Menjodohkan
- lebih banyak menitikberatkan kepada fakta daripada
pengertian.
- lebih banyak menitik beratkan kepada kesanggupan menyusun
fakta dari pada menerapkan prinsip.
2.
Bentuk
tes esai
Tes esai atau dikenal juga dengan tes uraian adalah bentuk
pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian. Dikatakan oleh Niko
(1993) bahwa dalam tes bentuk esai siswa dituntut berpikir dan mempergunakan
apa yang diketahuinya yang berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab. Tes
ini disebut juga tes subjektif karena jawaban siswa dan penilaiannya yang tidak
luput dari unsure subjektivitas. Dikatakan oleh Sudjiono (2005:100) ada
beberapa karakteristik tes esai, yaitu:
a.
Berbentuk pertanyaan
atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian.
b.
Bentuk pertanyaan
atau perintah itu menuntut siswa untuk memberikan penjelasan, komentar,
membandingkan, uraian lain.
c.
Jumlah butir soal
biasanya tidak banyak.
d.
Pembuatan soalnya
lebih mudah dibandingkan tes objektif.
e.
Penilaiannya lebih
sulit dibandingkan tes objektif.
Tes esai memiliki kelebihan, selain mudah disusun, tepat
untuk menilai proses berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat
tinggi, melatih siswa berpikir secara jelas dan runtut, kurang memberikan
kesempatan siswa berspekulasi, penyusunannya cepat, dan pembiayaannya murah.
Adapun kelemahan tes esai diantaranya karena tes ini hanya dapat mencakup
sedikit bahan sehingga kadar validitas dan reliabilitas tes esai rendah,
menurut Niko (1993) hal itu merupakan kelemahan pokok. Rendahnya kadar
validitas dan reliabilitas disebabkan (i) terbatasnya sampel bahan yang
diteskan yang mewakili seluruh bahan, (ii) jawaban yang diberikan siswa sangat
variatif, dan (iii) penilaian yang dilakukan sangat subjektif.
Kelebihan Tes Esai
- Tes
ini baik untuk mengukur kemampuan membandingkan, merangkum,membedakan,
menggambarkan dan menilai.
- Dapat
mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat
- Dapat
mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.
- Tidak bias menebak jawaban.
- Relative mudah menyusunnya.
Kelemahan
Tes Esai
-
Pemberian scoring
kurang obyektif
-
Nilai reabilitas
rendah
-
Ada pengaruh
subyaktif
-
Pokok bahasan yang
diujikan terbatas
-
Dlam mengerjakan tiap
butir soal memerluka waktu yang cukup lama.
3.
Bentuk
tes performansi
Tes perbuatan atau performansi berbahasa, yaitu untuk
mengetahui kemampuan siswa mempergunakan bahasa dalam berkomunikasi atau
menampilkan aktivitas berbahasa dan berapresiasi sastra. tes perbutan yakni tes
yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan
tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan. Penilaian tes perbuatan
dilakukan sejak siswa melakukan sejak siswa melakukan persiapan, melaksanakan
tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapainya, untuk menilai tes perbuatan
pada umumnya diperlukan sebuah forma pengamatan yang bentuknya dibuat
sedemikian rupa sehingga guru dapat menuuliskan angka-angka yang diperolehnya
pada tempat yang sudah disediakan.
Bentuk instrument perbuatan berbahasa untuk menilai
keterampilan berbahasa siswa lebih menitik beratkan aktifitas berbahasa lisan,
yang antara lain ditengarai adanya bentuk indicator : berpidato,
bercerita, mengemukakan tugas, atau menceritakan kembali secara lisan. Bentuk
tes ini dapat berupa tugas berpidato, melakukan wawancara, bercerita
menceritakan kembali secara lisan.
4.
Teknik Nontes dalam Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Instrument
nontes diantaranya dapat berupa
1.
fortofolio
fortofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa, penilaian
fortofolio pada dasarnya adalah penilaian pada karya-karya siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Semua tugas penulisan yang dikerjakan siswa
dalam jangka waku tertentu. Misalnya satu semester dikumpulkan lalu dilakukan
penilaian. Sebagai mana ditunjukkan dalam tugas-tugas menulis dan atau tes isai
dalam penilaian hasil belajar Bahasa Indonesia. Siswa diharapkan untuk berunjuk
kerja secara aktif, produktif, lewat bahasa tulis. Kemampuan menulis tersebut
merupakan salah satu setandar kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
penilaian portopolio,
1.
karya yang
dikumpulkan benar-benar merupakan karya siswa yang bersangkutan.
2.
karya siswa yang
dijadikan contoh pekerjaan yang akan dinilai haruslah mencerminkan perkembangan
kemampuan dan mewakili.
3.
kriteria yang dipakai
untuk menilai portofolio haruslah telah ditetapkan sebelumnya.
4.
siswa diminta menilai
secara terus-menerus hasil portopolionya.
5.
perlu dilakukan
pertemuan dengan siswa yang dinilai.
- lembar observasi
beberapa hal yang perlu dilakukan dalam penyiapan tugas ini
antara lain sebagai berikut :
1.
memilih tugas
tertentu yang menuntut siswa menampilkan kemampuan berbahasanya secara langsung
misalnya tugas berpidato dan bercerita.
2.
siapkan bahan yang
mendukung pelaksanaan tugas misalnya rekapan pita radio dan televise, teks
tertulis yang sesuai dengan kondisi siswa.
3.
tulis rambu-rambu
atau aspek-aspek yang akan diamati dan dinilai misalnya dalam bentuk pedoman
dan tentukan bobot tiap aspek.
Obserfasi adalah suatu kegian yang dilakukan guru untuk
mendpatkan informasi tentang siswa dengan cara mengamati tintanglaku dan
mengamati kegiatan selama obserfasi berlangsung. Dalam kegiatan obserfasi perlu
dipersiapkan format pengamatan, yang berisi 1. perilaku-perilaku atau kemampuan
y6ang akan dinilai 2. batas waktu pengamatan.
Kegiatan obserfasi memerlukan waktu yang lebih lama sehingga
pelaksanaan kegiatan pengamatan secara berkali-kali terutama yang berstruktur
dengan menciptakan situasi kusus, kiranya kurang evisien. Pelaksanaan
pengamatan yang terkondisi sebaiknya sekali saja. Kegiatan pengamatan sangat
diperlukan oleh karena itu para guru hendaknya memanfaatkan pengumpulan
informasi penilaian melalui kegiatan pengamatan atau teknikal tes pada umumnya.
- wawancara
teknik wawancara diperlukan guru untuk tujuan mengungkapkan
atau mengejar lebih lanjut tentang hal-hal yang dirasa guru kerang jelas
informasinya sebelum menentuknan teknik dan alat penilaian penulis soal perlu
menetapkan terlebih dahulu tujuan penilaian dan KD yang hendak diukur. Setelah
menentukan tujuan penilaian dan pokok bahasan yang sangat penting, langkah
berikutnya adalah menentukan jumlah soal setiap pokok bahasan atau materi dan
penyebaran soalnya . untuk mempermudah dalam pelaksanaannya, perhatilkan
langkah-langkah berikut
1.
menentukan tujuan
penilaian.
2.
menentukan kompetensi
yang akan diujikan sesuai dengan tujuan penilaian.
3.
menentukan materi,
pokok bahasan penting.
4.
menentukan jumlah
butir soal yang akan diujikan.
5.
menentukan proporsi
soal atau jumlah butir soal pada tengah dan akhir semester.
6.
menentukan proporsi
soal atau jumlah butir soal pada setiap pakok bahasan atau pembelajaran.
7.
menentukan penyebaran
butir soal yang diurutkan dari soal nomer 1 sampai dengan nomer terkhir.
8.
menentukan perilaku
yang akan diukur pada setiap materi yang akan diukur.
9.
merumuskan
indikatornya secara tepat.
10.
menuliskannya kedalam
format kisi-kisi tes.
Langkah
pengembangan kisi-kisi adalah
1.
menulis tujuan
pembelajaran
2.
menyusun daftar
materi pokok pembel;ajaran yang akan diujikan
3.
menentukan pilian
pengalaman belajar yang kemungkinan dapat dilaksanakan siswa.
4.
menentukan indicator.
5.
menentukan jumlah
soal setiap materi pembelajaran.
Kisi-kisi itu sendiri disusun dapat untuk tes tengah
semester, akhir semester atau tes yang lain, untuk tes kemampuan berbahasa yang
bersifat terpadu misalnya, dapat disusun kisi-kisi untuk mengukur kemampuan
mendengan dan membaca, berbicara dan membaca, membaca dan menulis dan
lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar