Fungsi dan tujuan Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah kurikulum. Walaupun dalam tatanan kurikulum evaluasi berada di urutan terakhir, evaluasi berperan penting untuk menentukan sukses atau tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan selama ini sekaligus mempengaruhi proses pembelajaran selanjutnya. Kata evaluasi berasal dari bahasa inggris “evaluation” yang beraarti proses penilaian. Jika direfleksikan dengan fungsinya di dalam proses pembelajaran maka bisa diambil pengertian evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran.Kita sendiri telah sebenarnya telah banyak sekali mengalami manfaat evaluasi pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan di sekolah dasar, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi membuat kita dianggap layak untuk berada pada level sekarang. Hal ini dikarenakan hasil dari evaluasi yang kita lakukan telah memenuhi batas minimum dari tujuan yang telah disusun di awal. Adapun yang masih belum memenuhi batas minimum opsi remedial bisa dilakukan, dan ini merupakan salah satu tujuan evaluasi pembelajaran.
Kita kembali lagi ke definisi evaluasi pembelajaran. Dari definisi yang ada di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa ada beberapa poin penting yang dapat diambil dari rumusan definisi tersebut. Berikut ini sedkit penjabaran tentang poin-poin yang harus ada di dalam suatu evaluasi.
- Evaluasi merupakan proses berkelanjutan, hal ini berarti evaluasi adalah proses yang berlangsung terus menerus baik sebelum melakukan proses belajar mengajar atau sesudah proses belajar mengajar bahkan evaluasi juga harus dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung.
- Pengumpulan dan penafsiran informasi, hal ini berarti evaluasi harus memiliki tujuan tertentu untuk apa sebuah evaluasi dilakukan.
- Untuk menilai keputusan-keputusan, hal ini berarti harus ada standar pengukuran tertentu untuk menyatakan apakah evaluasi proses pembelajaran telah sesuai atau belum sehingga dapat memberikan keputusan yang sesuai dengan data dan informasi yang dikumpulkan.
Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Ada beberapa tujuan mengapa dilakukan evaluasi pembelajaran. Berikut ini beberapa penjelasan singkat tentang tujuan-tujuan evaluasi pembelajaran.
1.
Menentukan hasil belajar siswa berupa angka yang
selanjutnya kan menjadi laporan kepada orang tua siswa dan menjadikan acuan
penentu apakah siswa naik kelas/tidak naik kelas atau lulus/tidak lulus.
2.
Memberikan fasilitas pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan dan minat yang dimiliki oleh siswa.
3.
Mengenal latar belakang siswa yang dapat berguna
untuk menyelesaikan permaslahan-permasalahan yang dimiliki siswa dalam mengikuti
proses belajar mengajar seperti sebab-sebab kesulitan belajar yang pada
akhirnya dapat menjadi input atau masukan bagi tugas BP, bimbingan dan
penyuluhan.
4.
Sebagai feedback bagi guru untuk perlu atau
tidaknya melakukan remedial.
Manfaat Evaluasi Pembelajaran
Ada tujuan juga pasti ada manfaat, berikut ini manfaat dari dilakukannya evaluasi pembelajaran.
1.
Kurikuler, sebagai pengukur apakah tujuan mata
pelajaran telah tercapai atau belum.
2.
Instruksional, sebagai alat ukur apakah proses
belajar mengajar telah berjalan sesuai rencana.
3.
Placement, melakukan penempatan yang sesuai
kepada siswa tentang pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
4.
Diagnostik, sebagai alat diagnostik untuk
mengetahui kelemahan siswa dan memberikan solusi penyembuhan atau penyelesaian
kepada siswa-siswa yang mengalami kesulitan.
5.
Administratif BP, sebagai input bagi bagian BP
untuk membantu mengarahkan siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Evaluasi
pembelajaran
Evaluasi
Pembelajaran Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian kegiatan dan kemajuan belajar
mahasiswa yang dilakukan secara berkala berbentuk ujian, prak-tikum, tugas, dan
atau pengamatan oleh dosen. Bentuk ujian meliputi ujian tengah semester, ujian
akhir semester, dan ujian tugas akhir. Pembobotan masing-masing unsur penilaian
ditetapkan dengan kesepakatan antara dosen pembina matakuliah dan mahasiswa
berdasarkan silabus matakuliah yang diatur dalam pedoman akademik masing-masing
fakultas/program studi setara fakultas dan program pascasarjana. A. Pengertian
Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi,
pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses
yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan
keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang
menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua
pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan
yang lebih luas daripada pengukuran dan testing. Ralph W. Tyler, yang dikutif oleh
Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa
evaluation as the process of determining to what extent the educational
objectives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971)
yang dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa evaluation is the process
of delinating, obtaining and providing useful information for judging decision
alternatif. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation
is an observed value compared to some standard. Beberapa definisi terakhir ini
menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh
dari proses pengumpulan dan pengolahan data. Sementara itu Asmawi Zainul dan
Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu
atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek
tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan penilaian adalah
suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun
nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang membedakan
antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Arikunto menyatakan bahwa mengukur
adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat
kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Hasil
pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund
(1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions
of pupil behaviorâ€s Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai
suatu obyek juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian
adalah proses
- menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) “The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established rulesâ€r B. Tujuan Evaluasi Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu bahwa evaluasi dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, evaluasi dilaksanakan dengan tujuan: 1. Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa. 2. mengetahui tingkat keberhasilan PBM 3. menentukan tindak lanjut hasil penilaian 4. memberikan pertanggung jawaban (accountability) C. Fungsi Evaluasi Sejalan dengan tujuan evaluasi di atas, evaluasi yang dilakukan juga memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah fungsi: 1. Selektif 2. Diagnostik 3. Penempatan 4. Pengukur keberhasilan Selain keempat fungsi di atas Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan masih ada fungsi-fungsi lain dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi: 1. Remedial 2. Umpan balik 3. Memotivasi dan membimbing anak 4. Perbaikan kurikulum dan program pendidikan 5. Pengembangan ilmu D. Manfaat Evaluasi
- Secara umum manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi dalam pembelajaran, yaitu : 1. Memahami sesuatu : mahasiswa (entry behavior, motivasi, dll), sarana dan prasarana, dan kondisi dosen 2. Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan “masalahâ€a , dll 3. Meningkatkan kualitas PBM : komponen-komponen PBM Sementara secara lebih khusus evaluasi akan memberi manfaat bagi pihak- pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti siswa, guru, dan kepala sekolah. Bagi Siswa Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran : Memuaskan atau tidak memuaskan Bagi Guru 1. mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai tujuan : melanjutkan, remedial atau pengayaan 2. ketepatan materi yang diberikan : jenis, lingkup, tingkat kesulitan, dll. 3. ketepatan metode yang digunakan Bagi Sekolah 1. hasil belajar cermin kualitas sekolah 2. membuat program sekolah 3. pemenuhan standar E. Macam-macam Evaluasi 1. Formatif Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its
- developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student progress over period of time. Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu pada tingkat kematangan siswa. Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar yang diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/ dikuasai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas. 2. Sumatif Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi. 3. Diagnostik Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan- kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
- Perbandingan Tes Diagnostik, Tes Formatif, dan Tes Sumatif Ditinjau Tes Diagnostik Tes Formatif Tes Sumatif dari Fungsinya mengelompokkan Umpan balik bagi Memberi tanda telah siswa berdasarkan siswa, guru mengikuti suatu kemampuannya maupun program program, dan untuk menilai menentukan posisi menentukan kesulitan pelaksanaan suatu kemampuan siswa belajar yang dialami unit program dibandingkan dengan anggota kelompoknya cara memilih tiap-tiap Mengukur semua Mengukur tujuan memilih keterampilan prasarat tujuan instruksional instruksional umum tujuan khusus yang memilih tujuan setiap dievaluasi program pembelajaran secara berimbang memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental dan perasaan Skoring menggunakan standar menggunakan menggunakan (cara mutlak dan relatif standar mutlak standar relatif menyekor) F. Prinsip Evaluasi Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya: 1. Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, patokan : Kurikulum/silabi. Ãdan interpretasi hasil penilaian. 2. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar. 3. Agar hasil penilaian obyektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. 4. Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut. Prinsip lain yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto adalah:
- 1. Penilaian hendaknya didasarkan pada hasil pengukuran yang komprehensif. 2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan penilaian (grading) 3. Hendaknya disadari betul tujuan penggunaan pendekatan penilaian (PAP dan PAN) 4. Penilaian hendaknya merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar. 5. Penilaian harus bersifat komparabel. 6. Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan guru. G. Pendekatan Evaluasi Ada dua jenis pendekatan penilaian yang dapat digunakan untuk menafsirkan sekor menjadi nilai. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan, proses, standar dan juga akan menghasilkan nilai yang berbeda. Karena itulah pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunakan menjadi penting. Kedua pendekatan itu adalah Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP). Sejalan dengan uraian di atas, Glaser (1963) yang dikutip oleh W. James Popham menyatakan bahwa terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan substansial, yaitu pengukuran acuan norma (NRM) yang berusaha menetapkan status relatif, dan pengukuran acuan kriteria (CRM) yang berusaha menetapkan status absolut. Sejalan dengan pendapat Glaser, Wiersma menyatakan norm-referenced interpretation is a relative interpretation based on an individual’s position with respect to some group. Glaser menggunakan konsep pengukuran acuan norma (Norm Reference Measurement / NRM) untuk menggambarkan tes prestasi siswa dengan menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relatif siswa. Sedangkan untuk mengukur tes yang mengidentifikasi ketuntasan / ketidaktuntasan absolut siswa atas perilaku spesifik, menggunakan konsep pengukuran acuan kriteria (Criterion Reference Measurement). 1. Penilaian Acuan Patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT) Tujuan penggunaan tes acuan patokan berfokus pada kelompok perilaku siswa yang khusus. Joesmani menyebutnya dengan didasarkan pada kriteria atau standard khusus. Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang performan peserta tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebut dibandingkan dengan performan yang lain. Dengan kata lain tes acuan kriteria digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status individual berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan baik. Pada pendekatan acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah standar absolut. Semiawan menyebutnya sebagai standar mutu yang mutlak. Criterion-referenced interpretation is an absolut rather than relative interpetation,
- referenced to a defined body of learner behaviors. Dalam standar ini penentuan tingkatan (grade) didasarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh performan (sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah akan sangat mungkin para siswa mendapatkan nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapat nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur tingkat pencapaiannya. Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan PAP, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas- batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut: Rentang Skor Nilai 80% s.d. 100% A 70% s.d. 79% B 60% s.d. 69% C 45% s.d. 59% D < 44% E / Tidak lulus 2. Penilaian Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT) Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes d
Tidak ada komentar:
Posting Komentar